"Dengarkanlah Aku"
Sejauh mata memandang tak ku lihat pilar yang miring
Sejauh telinga mendengar sepertinya tak ada nada yang sumbang
Sejauh pikiran berkelana tak ada yang tak nampak
Namun aku tetap tak mengerti mereka
Mengapa bisa bicara tentang kabut
Mengapa bisa menyentuh dengan topeng dibaliknya
Mengapa bias bermimpi bersama awan
Mengapa mereka ingin yang lain hanyut dalam ombak
Sejauh mimpi yang kujaga
Aku yakini hidup akan indah bila berbagi
Santai bila apa adanya
Tersenyum bila tak ada dinding pembatas
Nyaman bila tak ada pedang
Santun bila slalu mengingat namaNYA
Dengarkanlah aku …
Bukankah Tuhan tak menciptakan kita untuk bersaing
Tak menyuruh kita untuk bertopeng
Tak menuntun kita kedalam sebuah kotak
Tak setuju bila kita bersahabat dengan amarah
Tak akan memaafkan kita bila kita melupakaNYA
Rabu, 22 Mei 2013
"Hujan dikala senja"
"Hujan dikala senja"
Terhempas ego ini
Melihatnya berjalan sendiri
Tanpa arah yang pasti
Sendiripun menemani
Hari-hari kian berat di jalani
Sungguh tak tertahankan lagi
Mulut ini panjatkan doa kebahagiaanya
Hari demi hari
Selalu kuamati, mata sayu senyum pucat itu
Kuberharap jalanya Kian berubah perlahan namun pasti
Menjadikan langkahnya sejuk layaknya sang embun
Hanya doa yang bisa aku panjatkan baginya kesejukan hati
Sebab diri ini belum layak untuk menemani
Ku amati melalui teropong tersembunyi dibalik dinding perbedaan
"Bahagimu bahagiaku,
Lemah lunglaiku demi tegap berdirimu"..!
Terhempas ego ini
Melihatnya berjalan sendiri
Tanpa arah yang pasti
Sendiripun menemani
Hari-hari kian berat di jalani
Sungguh tak tertahankan lagi
Mulut ini panjatkan doa kebahagiaanya
Hari demi hari
Selalu kuamati, mata sayu senyum pucat itu
Kuberharap jalanya Kian berubah perlahan namun pasti
Menjadikan langkahnya sejuk layaknya sang embun
Hanya doa yang bisa aku panjatkan baginya kesejukan hati
Sebab diri ini belum layak untuk menemani
Ku amati melalui teropong tersembunyi dibalik dinding perbedaan
"Bahagimu bahagiaku,
Lemah lunglaiku demi tegap berdirimu"..!
Langganan:
Postingan (Atom)